Oleh Cah Ngabmoj
Para penari parade seribu gandrung
Hari Sabtu 17 Nopember 2012 sekitar pukul 15.00 WIB, bertempat di Pantai
Boom Banyuwangi digelar pertunjukan sendratari tradisional asli Banyuwangi yang
cukup terkenal
yaitu tari Gandrung. Berbeda dengan pagelaran tari gandrung yang selama ini ada, pertunjukan kali ini tergolong kolosal karena diikuti 1.000 lebih penari dari siswa SD, SMP, dan SMA sewilayah kabupaten Banyuwangi. Pertunjukan ini dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati hari jadi kabupaten Banyuwangi yang ke-241 yang tepatnya jatuh pada tanggal 17 Desember 2012 nanti. Sebagai informasi Pemkab Banyuwangi menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang bertajuk Banyuwangi Festifal diantaranya Festival Anak Yatim yang sudah dilaksanakan kemarin Kamis 15 Nopember 2012, Parade Gandrung Sewu yang dilaksanakan hari ini, Festival Jazz (17 Nopember 2012 jam 19.00), Banyuwangi Ethno Carnival tanggal 18 Nopember 2012, dan masih banyak lagi.
yaitu tari Gandrung. Berbeda dengan pagelaran tari gandrung yang selama ini ada, pertunjukan kali ini tergolong kolosal karena diikuti 1.000 lebih penari dari siswa SD, SMP, dan SMA sewilayah kabupaten Banyuwangi. Pertunjukan ini dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati hari jadi kabupaten Banyuwangi yang ke-241 yang tepatnya jatuh pada tanggal 17 Desember 2012 nanti. Sebagai informasi Pemkab Banyuwangi menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang bertajuk Banyuwangi Festifal diantaranya Festival Anak Yatim yang sudah dilaksanakan kemarin Kamis 15 Nopember 2012, Parade Gandrung Sewu yang dilaksanakan hari ini, Festival Jazz (17 Nopember 2012 jam 19.00), Banyuwangi Ethno Carnival tanggal 18 Nopember 2012, dan masih banyak lagi.
Tari Gandrung dipilih karena dianggap sebagai ikon Banyuwangi yang harus
dilestarikan dan diharapkan akan digandrungi semua kalangan, terutama kalangan
muda dan diharapkan menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Tari Jejer
Gandrung dalam berbagai macam versi (Jejer Jaran Dawuk, Jejer Gandrung Dor)
merupakan tarian yang sudah sangat dikenal baik di Banyuwangi sendiri, maupun
secara nasional. Sebagai kesenian asli Banyuwangi, Gandrung memang banyak
digandrungi masyarakat Banyuwangi. Gandrung banyak dibawakan masyarakat
Banyuwangi, mulai dari usia kanak-kanak hingga dewasa. Begitu besarnya perhatian terhadap Gandrung
maka perlu disediakan media aktualisasi secara masal bagi para penari Gandrung
yang ada di Banyuwangi. Hal ini sekaligus juga untuk lebih mengenalkan dan menguatkan
Gandrung sebagai bagian yang tidak terpisah dari sebuah cerita tentang
Banyuwangi.
Gandrung merupakan kesenian
peninggalan Majapahit. Pada masa itu hanya ditarikan di istana. Gandrung
berasal dari bahasa jawa yang berarti cinta atau kekaguman. Kekaguman ini
diidentikkan kekaguman pada Dewi Sri atau Dewi Kesuburan. Banyuwangi saat itu
merupakan wilayah yang makmur, hasil panennya selalu melimpah ruah. Filosofi
tari Gandrung yang merupakan penghormatan terhadap Dewi Sri inilah yang menjadi
spirit masyarakat untuk mengembangkan Gandrung. Sehingga dalam perkembangannya
kesenian Gandrung masuk ke dalam kehidupan masyarakat secara luas. Pada awal
perkembangannya, Gandrung dibawakan oleh remaja putra (bukan wanita), karena
pertunjukan itu dilakukan saat malam hari di malam Bulan Purnama. Penari
Gandrung lanang yang paling termasyur bernama Marsan yang menari sampai akhir
hayatnya. Yang dikenal dengan Gandrung Marsan. Penari Gandrung wanita pertama
adalah Semi yang mulai menari pada tahun 1895. Semi jadi penari Gandrung
setelah sakit. Dan sembuhnya diundangkan ritual Seblang. Mulai saat itulah Semi
menari sebagai Seblang keliling dan kemudian secara bertahap berevolusi menjadi
penari Gandrung.
Acara kali ini dimulai dengan
pertunjukan berbagai macam kesenian lokal Banyuwangi, kemudian dilanjutkan
dengan ditampilkannya 200 penari profesional pelaku sendratari karya Sumitro
Hadi yang menceritakan sejarah gandrung dari masa ke masa dengan
diiringi 23 penabuh gamelan dan 2 orang sinden. Sesi berikutnya, fragmen
Gandrung yang akan dimulai dari kemunculan Gandrung hingga prosesi bagaimana
seorang penari ditasbihkan menjadi Gandrung. Performance parade ini diakhiri
dengan tarian massal 1.000 Gandrung dan ditutup dengan Seblang Subuh, sebagai
bagian akhir pertunjukan Gandrung yang sarat dengan filosofi dan religius. Di akhir
penampilannya, seribu Gandrung kompak meneriakkan: "Isun
Gandrung......gandrungono!". Artinya: "Saya Gandrung,
cintailah...," Pertunjukan ini berlangsung selama kurang lebih satu jam.
Seluruh performer menari langsung
di tepi pantai. Tidak beralaskan panggung, namun langsung menjejak pasir Pantai
Boom yang merupakan pantai yang terletak di kota Banyuwangi yang berjarak
sekitar 2 km dari dari pusat kota Banyuwangi, dimana yang pada hari-hari biasa
pantai ini cukup ramai dikunjungi masyarakat Banyuwangi karena pantainya yang
lumayan bagus, dan untuk masuk ke lokasi ini tidak dipungut biasa alias
gratisan. Apalagi pada hari Sabtu atau Minggu. Dari pinggir pantai tersebut, pengunjung bisa
menikmati lepas Selat Bali dan melihat langsung Pulau Bali dari kejauhan.
Pada pertunjukan yang dilakukan
secara kolosal untuk pertama kalinya di Banyuwangi ini, ribuan masyarakat dari anak-anak hingga
orang tua begitu antusias ingin menyaksikan
pertunjukan tersebut. Walaupun acara baru
dimulai pukul 15.00, namun sejak pukul 12.00 Pantai Boom sudah ramai di padati pengunjung. Bukan hanya
masyarakat dari kota Banyuwangi saja tetapi juga ada dari kota-kota sekitar
seperti Jember, Situbondo, Bondowoso, dan kota-kota di Jawa Timur, bahkan
terlihat juga wisatawan mancanegara yang turut menyaksikan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan pertunjukan ini pengunjung tidak dipungut biaya atau gratis
dan lebih tak ubahnya seperti pesta rakyat.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas selesai acara
Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Parade Gandrung Sewu tersebut
bertujuan untuk mengangkat budaya lokal agar dikenal masyarakat secara luas.
"Gandrung jadi ikon pariwisata Banyuwangi," kata dia, Sabtu 17
November 2012. Mudah-mudahan
dengan diselenggarakan acara seperti ini diharapkan masyarakat terutama anak-anak
lebih mengenal dan selanjutnya mencintai kesenian daerah yang merupakan aset
budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Diharapkan juga untuk mengurangi
dampak masuknya pengaruh budaya asing, seperti yang lagi ngetrend saat ini tarian Gang
Nam Style. Tetapi yang tidak kalah
penting hendaknya pemerintah lebih memperhatikan aset budaya bangsa ini dengan
mematenkan di Unesco misalnya, sehingga tidak terdengar lagi adanya kesenian
daerah Indonesia yang di klaim oleh negara tetangga sebagai kesenian asli
negara tersebut.
Salam.
Tidak ada komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar