Sabtu, 16 Februari 2013

Rasyid Rajasa, Simbul Ketidakadilan Dalam Penegakan Hukum di Negeri Ini

M. Rasyid Amrullah Rajasa
Kita sering mendengar petinggi-petinggi negeri ini menyampaikan bahwa semua warga negara mempunyai kesamaan didepan hukum, tidak peduli rakyat jelata ataupun seorang pejabat sekalipun. Bahkan diberbagai kesempatan Presiden Sby sering menyampaikan akan menjadikan hukum sebagai panglima. Hukum tidak boleh berpihak, hukum tidak boleh pandang bulu. Ya, memang teorinya seperti itu, prakteknya?  Yang sering terjadi jauh panggang dari api. Yang sering kita temui hukum seperti pisau, tajan kebawah tumpul keatas.



Seperti yang terjadi dalam penanganan kasus laka lantas yang melibatkan Rasyid Rajasa yang tidak lain anak dari  Menko Perekonomian Hatta Rajasa, sungguh membuat masyarakat gemes. Aparat penegak hukum sepertinya sudah benar-benar tak peduli lagi dengan keadilan masyarakat. Mereka hanya bisa garang saat berhadapan dengan orang kecil, tetapi seketika nyali menciut saat berurusan dengan para penggede. Segala macam kritik masyarakat hanya masuk kuping kanan, lalu keluar kuping kiri.

Perbedaan perlakuan  itu sangat kentara sekali. Kita masih ingat beberapa hari yang lalu Jamal  sopir  angkot yang langsung ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka atas meninggalnya Annisa Azward mahasiswi yang melompat dari angkot yang di kendarainya. Masyarakat juga belum lupa dengan Andika Pradika sopir grand livina maut yang juga langsung ditahan, padahal ia sempat dikeroyok oleh warga, dan berdasarkan informasi dari teman-temanya yang menjenguknya ia sempat trauma berat.  Publik juga belum lupa dengan model cantik Novi Amilia, dengan honda jazznya yang menabrak polisi dan beberapa orang lainnya juga ditahan oleh polisi. Apalagi dengan kasus lakalantas yang cukup menghebohkan yang terjadi di Tugu Tani Jakarta tahun lalu yang melibatkan Afriyani Susanti, polisi tidak pikir panjang  untuk  langsung menahan Afriyani dan kawan-kawan. Memang dalam menentukan seseorang tersangka perlu ditahan atau tidak , aparat penegak hukum biasanya mendasarkan pada alasan objektif maupun subjektif. Tetapi khusus kasus Rasyid Rajasa kayaknya alasan tersebut tidak berlaku.

Sekarang coba kita bandingkan dengan penanganan hukum lakalantas yang melibatkan Rasyid Rajasa. Padahal dengan kasus yang hampir sama dengan contoh-contoh diatas tetapi karena terjadi pada anak dari pejabat negara, sangat jelas sekali perlakuannya. Dari awal kejadian sampai proses pelimpahan perkara ke kejaksaan dan tanggal 14 Januari lalu telah dilakukan sidang perdana, Rasyid Rajasa masih menghirup udara bebas , alias belum pernah ditahan. Bukan hanya itu perbedaannya, kalau pelaku yang lainnya dilakukan serangkaian tes mulai dari urin,  alkohol, narkoba, sampai ada yang digunakan lie detector,  tetapi itu tidak berlaku bagi Rasyid Rajasa. Kabarnya ia hanya di tes urin, itupun kita tidak tahu kebenarannya karena polisi terkesan tidak transparan akan hal ini.  Kenapa tidak dites rambut, seperti yang diperlakukan BNN pada kasus Rafi Ahmad. Pengungkapan identitasnya pun polisi seolah ragu, tidak seperti kasus yang lain polisi langsung mengumumkan identitas pelakunya. Ya, itulah bedanya anak pejabat dengan rakyat biasa. Kita hanya bisa mengelus dada dan mengehela nafas panjang.

Seandainya penulis jadi Hatta Rajasa yang informasinya akan mencalonkan RI 1 tahun 2014 nanti, pasti akan bilang pada pak polisi, kejaksaan, maupun pengadilan, agar memperlakukan kasus lakalantas anaknya seperti semestinya. Kalau yang lain di tahan ya supaya ditahan juga. Kalau yang lain dites macam-macam ya semestinya sama juga dengan Rasyid. Karena dengan perlakuan yang sama, penulis yakin tanpa pasang iklan di berbagai mediapun, ini merupakan kampanye yang benar-benar positif bagi seorang Hatta Rajasa. Tetapi dengan posisi seperti sekarang, publik sudah terlanjur memberi stigma negatif pada Hatta Rajasa, yang tentu akan sulit sekali memperoleh dukungan dan kepercayaan dari masyarakat.

Yah, itulah sekelumit kisah Rasyid Rajasa yang kayaknya pas sebagai simbul ketidakadilan perlakuan hukum aparat penegak hukum di negeri ini. Kita hanya bisa berdoa mudah-mudahan Indonesia dipberikan pemimpin-pemimpin yang benar-benar amanah, yang bisa menegakkan hukum dinegeri yang kita cintai ini. Semoga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar